Senin, 25 Maret 2013

Kisah Dongeng di stadion wembley

Kisah Dongeng Altafini di Stadion Wembley
oleh Rangga Firmansyah
Kisah Dongeng Altafini di Stadion Wembley
Jose Altafini
Liputan6.com, Milan : Stadion Wembley akan kembali menjadi panggung utama final Liga Champions musim 2012-2013. Penunjukkan stadion yang berada di Kota London itu menandai 150 tahun berdirinya Asosiasi Sepakbola Inggris. Stadion ini paling banyak mempertandingkan final Liga Champions.
Sejumlah kejadian penting banyak terjadi di Stadion Wembley, khususnya final Liga Champions. Salah satunya dirasakan Jose Joao Altafini, legenda AC Milan. Altafini pernah bermain di Stadion Wembley saat Milan menghadapi Benfica di final Liga Champions 1963.
Benfica adalah juara Liga Champions musim 1960-1961 dan 1961-1962. “Benfica telah memenangkan gelar juara di musim sebelumnya. Mereka merasa lebih kuat dan percaya diri akan kembali menjadi juara,” cerita Altafini.
“Dan jangan lupa, delapan dari sebelas pemain Benfica waktu itu adalah pemain Timnas Portuga. Jadi, sama saja kami menghadapi Timnas Portugal.”
Di babak pertama, Milan tertinggal 0-1 lewat sepakan Eusebio. “Saya masih ingat betul pertandingan tersebut, ada banyak peluang yang diciptakan masing-masing tim. Kedua kiper tampil luar biasa dengan beberapa penyelamatan hebat,” kenang Altafini.
“Tapi, para penyerang juga banyak membuang kesempatan. Teman-teman saya bahkan menyalahkan saya yang dianggap membuang banyak kesempatan,” lanjutnya.
Lalu saya bilang: “Maaf, apabila seorang penyerang membuang banyak kesempatan dan dia mencetak dua gol, apakah itu cukup? Dan itulah yang akhirnya terjadi.”
13 menit setelah jeda, penyerang yang lahir di Brasil ini akhirnya mencetak gol. Delapan menit kemudian, Altafini kembali mencetak yang membuat Milan menjadi juara. “Saya tinggal berhadapan dengan Costa Ferreira, kiper Benfica. Saya coba mengelabuinya, tapi dia tidak tertipu,” tutur Altafini.
“Jadi saya mengarahkan bola ke arah kirinya, dan dia menebak dengan benar. Namun, bola yang ditepis kembali mengarah ke arah saya dan saya tinggalkan melanjutkan ke gawang yang kosong, itu adalah keberuntungan,” lanjut Altafini.
Milan akhirnya keluar sebagai pemenang dan menjadi klub Italia pertama yang menjadi juara Eropa. “Para suporter masuk lapangan, sesuatu yang sangat sulit dilakukan saat ini. Saya ingat saya tidak memakai baju ketika meninggalkan lapangan. Sampai sekarang, kalau ada orang yang meminta suvenir, saya akan mengatakan saya tidak punya apa-apa karena mereka (penonton) telah mengambilnya.
Jose Alfatini juga membuat rekor dengan mencetak 14 gol di Liga Champions musim itu, rekor yang saat ini disamai Lionel Messi. “Gol yang saya cetak di Wembley merupakan gol terbaik yang pernah saya buat karena gol itu sangat penting,” ujarnya. (Bog)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar